Sebenarnya,
catatan ini telah lama saya tulis, namun baru kali saya sempat dan punya niat
untuk ngepostingnya. Tapi, kamu harus tetep baca yah!
Hah,
aku speechles, kemarin tanggal 17 november 2011, salah seorang teman kelasku
secara tiba-tiba menghampiriku dan siap menumpahkan berjuta huruf di mukaku,
yah jelas saja aku kaget, dan kamu tahu kalimat apa yang ia katakan?, pastinya
kamu tidak tahu, aku sj yang waktu itu didepannnya tak dapat menebak apa yang
akan ia katakan. Saat, mulutnya mulai berucap, beberapa kalimat itu membuatku
merasa tersontak dan terdiam untuk mencerna kata-katanya. Yah, aku akui semua
yang ia katakan memang benar, dia tak salah. Awalnya aku hanya bisa tersenyum,
tak ada kalimat yang dapat aku pakai
untuk membela diri. Yah, mungkin kalian bingung, terlalu lama saya saya
berbicara tapi sy belum menuliskan apa yang ia katakan kemarin, yah dia berkata
“anty, kamu itu sangat beruntung, kamu punya fasilitas lengkap, kamu punya
laptop, buku-buku kamu lengkap, apalagi kamu ikut bimbingan belajar. Harusnya
kamu adalah siswa terpintar dikelas ini!”. Yah, sontak aku kaget, kalau kamu
diposisiku saat itu apa yang kamu katakan? Pusingkan?
Tapi
semua yang ia katakan itu benar, aku jadi sadar betapa beruntungnya aku memiliki semuanya, tapi betapa menyayangkannnya karena saya tidak dapat mendapatkan
hasil yang lebih dari apa yang telah saya miliki ini.
Untuk
sobatku, makasih yah. Kalimat itu sangat berarti karena telah dan masih akan
terus membakar semangatku untuk terus berprestasi.
Ujian akhir sekolah yang
seharusnya menjadi wadah bagi para siswa untuk membuktikan diri bahwa merekalah
yang mendapatkanhasil terbaikselamatiga tahun mengenyam pendidikan nampaknya semakin tahun semakin disalah
gunakan. Ujian akhir sekolah, bukan lagi ajang yang sakral untuk mengevaluasi
hasil belajar siswa, melainkan ajang untuk mempertontonkan betapa buruknya
citra siswa karena menggunakan berbagai cara agar selembar kertas yang nanti
mereka terima setelah lulus terpampang nilai-nilai yang membuat orang yang
melihatnya akan kagum.
Banyak versi yang digunakan
siswa untuk melakukan transaksi nyontek, mulai dari versi kuno seperti catatan
kecil atau memberikan kode melalui gerak tubuh, hingga modern seperti sms,
menfoto jawaban teman, hingga jawaban difoto dan dijadikan foto profil FB atau
BB agar teman yang lain mudah menemukan jawaban. Selain itu, soal ujian akhir
sekolah cukup mudah didapatkan sebelum jadwal ujian berlangsung, hal ini
memudahkan tersebarnya kunci jawaban walau soal belum dibagikan saat jadwal
ujian berlangsung. Sehingga, siswa yang sebelumnya telah siap untuk giat
belajar, menjadi malas karena beranggapan ujiannya mudah karena sudah ada kunci
jawabannya.
Untuk menjadi orang yang anti
nyontek pada situasi seperti ini sangatlah sulit. Ada banyak faktor yang dapat
mengakibatkan tekad untuk tidak nyontek runtuh. Misalnya, muncul rasa kurang
percaya diri karena teman yang lain mendapatkan kunci jawaban yang sudah pasti
banyak benar dibandingkan dengan dirinya yang belum tentu bisa menjawab semua
soal, takut dianggap sombong karena terlalu yakin dengan kemampuan sendiri
tanpa mau menerima bantuan “contekan”, takut gagal, takut orangtua kecewa, konsentrasi
hilang saat teman-teman yang dalam diruangan yang sama telah mengumpulkan
lembar jawaban sedangkan dirinya masih berkutat disoal-soalnya yang tak tahu
penyelesaiannya, atau jawaban yang dirinya dapatkan sangatlah sulit malah di
contek begitu saja oleh temannya.
Akibatnya, ujian akhir sekolah
hanya akan menjadi wadah untuk siswa berlatih menjadi pribadi yang menipu diri
sendiri, meniru orang lain, tidak jujur, dan berperilaku santai namun ingin
mendapkan hasil yang tinggi. Sehingga, tidaklah mengherankan jika bangsa ini
menjadi bangsa yang penuh dengan koruptor, kemiskinan, dan bangsa yang plagiat.